Senin, 25 Februari 2013

Pembangun Candi


Candi Jawi


          Bagaimana bangunan-bangunan besar berupa candi itu dahulu dibangun orang, tidak ada orang yang mengetahui secara pasti. Seni membangun candi, membuat patung dan mengukir relief memang dapat dipelajari dalam buku Silapasastra, yakni buku yang berisi ilmu pengetahuan cara membuat patung dan candi. Namun dalam buku ini tidak dicantumkan keterangan bagaimana batu demi batu disusun. Inilah sebabnya timbul banyak pendapat bagaimana candi-candi yang amat besar dan tinggi itu dibangun.
          Pada pembangunan candi-candi jelas sekali diperlukan banyak batu-batu besar. Darimana batu-batu besar itu diambil dan dengan cara bagaimana? Lalu setelah terkumpul ribuan batu, kemudian dibentuk sebagai bahan bangunan, bagaimana pula batu-batu besar itu disusun begitu tinggi? Bagaimana pula mereka mengukir batu-batu itu? Semua itu memang pertanyaan yang menarik, namun tak seorang pun dapat menjawabnya secara pasti.
          Candi-candi itu dibangun atas perintah raja-raja. Dengan kekuasaan raja yang besar itu tentu mudah saja untuk memerintahkan rakyatnya bergerak mencari batu-batu besar dan kemudian mengangkutnya ke tempat pembangunan candi. Tetapi dengan sendirinya bukan raja itu sendiri yang mengeluarakan perintah langsung kepada rakyat. Raja tinggal mengumpulkan raja-raja kecil dibawah kekuasaannya untuk mengerahkan rakyat mengumpulkan batu-batu besar di wilayahnya. Raja-raja kecil atau bupati-bupati ini mudah juga menyuruh rakyatnya untuk bekerja karena rakyat memang mempunyai kewajiban untuk bekerja demi kepentingan raja, demi kepentingan umum, dan demi kepentingan agama. Kewajiban rakyat untuk bekerja bagi kepentingan raja dan umum ini lazim disebut sebagai kerja gotong royong. Apalagi kalau mereka mengetahui bahwa yang memerinntahkan itu raja yang mereka anggap sebagai penjelmaan dewa di dunia, maka kewajiban itu bukan saja sebagai kewajiban tetapi juga suatu kehormatan karena dapat berbakti kepada dewanya.
          Batu-batu besar yang diangkut rayat itu dikumpulkan di tempat candi akan dibangun. Di sana batu dibentuk menjadi potongan-potongan seperti yang dikehendaki oleh para arsitek candi. Potongan-potongan batu besar tadi kemudian disusun menjadi bentuk dasar candi. Dengan sendirinya mudah untuk menyusun batu-batu bagi pembangunan kaki candi, tetapi bagaimana caranya batu-batu itu diangkut dan disusun untuk badan dan atap candi yang tinggi itu?
          Di sinilah beberapa pendapat muncul berupa teori. Ada yang menyatakan bahwa setelah kaki candi dapat disusun, maka kaki candi tadi ditimbun tanah. Dari timbunan tanah yang merupakan bukit kecil tadi batu-batu besar yang akan dipasang sebagai badan candi diangkut. Dengan demikian makin tinggi bangunan candi, maka makin tinggi pula timbunan tanah yang mengitari candi dan makin luas pula daerah timbunan. Ada juga yang menyatakan bahwa bukan timbunan tanah yang dipakai untuk mengangkat batu-batu besar itu ke puncak, tetapi tangga-tangga kayu yang mendatar. Dengan sendirinya tangga-tangga kayu tadi juga menjadi makin tinggi, makin lebar, atau makin panjang bentuk tangga bertingkatnya.
          Setelah susunan batu yang merupakan bangunan pokok terbentuk, maka mulailah tukang ukir dan penghias candi bekerja. Gambar-gambar hiasan berupa relief mulai dibuat, antefix, dan hiasan puncak juga mulai dibentuk. Dalam teori timbunan tanah tadi, juru ukir mulai bekerja dari puncak candi. Makin ke bawah, tanah timbunan disingkirkan dan juru ukir bekerja di bagian yang telah disingkirkan tanah timbunannya tadi.
          Bagaimana cara menyusun batu demi batu yang amat besar tadi? Batu-batu candi disusun satu sama lain tanpa menggunakan semen. Batu-batu hanya dikaitkan satu sama lain. Inilah sebabnya kita mengetahui mengapa sebuah candi runtuh, bongkahan-bongkahan batunya bertebaran satu-satu, tak ada yang merupakan sekumpulan batu.
          Kalau semua bagian candi telah selesai dibangun dan dihias, maka pekerjaaan terakhir adalah pemasangan patung-patung dewa di dalam ruangan candi. Kalau sebuah candi dipergunakan untuk kuburan, maka upacara pemasangan patung merupakan upacara agung berupa penguburan abu raja di dasar sumuran candi.
          Candi-candi besar di Indonesia terdapat di wilayah sekitar Yogyakarta dan Magelang. Candi-candi besar itu dibangun dalam thaun-tahun 800 Masehi, yakni waktu wilayah itu dikuasai oleh raja-raja dinasti Syailendra. Dari bangunan-bangunan candi besar tadi dapat dibayangkan betapa besar tenaga rakyat dikerahkan untuk membangunnya, dan betapa besar kekuasaan raja.

0 komentar:

Posting Komentar